Jumat, 19 Juni 2009

Dunia Linguistik di tangan Kaum Kuffar

Oleh: Al-Faqir Yusuf Heru Romadhon

Sejarah telah membuktikan bahwa Islam pernah di masa kejayaannya dengan berhasil menduduki hampir 2/3 dunia. Umat Islam bahkan tidak hanya jaya melalui kekuasaan saja akan tetapi berhasil membuat gebrakan baru dengan lahirnya Ilmuwan-ilmuwan terkemuka yang hingga kini nama mereka pun masih dikenang. Ibnu Sina dan Ibnu Rusyd di bidang kedokteran, Al Khawarizmi di bidang Matematika dan masih banyak lagi. Namun, hal tersebut telah berlalu. Umat Islam sekarang berdasarkan hasil data yang ada telah tertinggal jauh dalam segala aspek di bidang Ilmu Pengetahuan. Salah satu di antaranya adalah di bidang ilmu bahasa yakni Linguistik.
Dari negara-negara barat hingga sekarang banyak yang melahirkan tokoh linguistik akan tetapi sangat disayangkan karena tak satupun umat Islam mewakili untuk dijadikan rujukan mengenai teori-teorinya. Para ilmuwan tersebut banyak dikenal namanya melalui teori-teori mereka yang sensasional. Mereka adalah Ferdinand De Saussure, Nikolai Trubetzkoy, Roman Jacobson, Leonard Bloomfield, si penggagas teori tata bahasa generatif dari kaum Yahudi Avram Noam Chomsky dan masih banyak lagi.
Yang pertama adalah Ferdinand De Saussure seorang sarjana dari Swiss yang juga dikatakan sebagai bapak Linguistik modern. Selama seperempat abad pertama abad 20, linguistik banyak dipengaruhi oleh pemikiran dari De Saussure. Dia menemukan beberapa hal mengenai bahasa. Pertama, De Saussure mengatakan bahwa bahasa bisa diselidiki dengan menggunakan dua metode yaitu metode sinkronik (penyelidikan bahasa yang dikerjakan dalam kurun waktu tertentu) dan metode diakronik (penyelidikan dalam lintas sejarah dan perbandingan). Kedua, De Saussure juga mengungkapkan bahwa bahasa dibedakan atas dua hal yakni langue (bahasa sebagai sebuah sistem) dan parole (bahasa sebagai sebuah ujaran). Ketiga, dia mengungkapkan bahwa setiap langue dan bukan parole harus dapat diberikan secara sinkronik sebagai suatu sistem hubungan antar unsur (fonologis, leksikal dan gramatikal). Sehingga unsur-unsur tersebut tidak bisa berdiri sendiri (Yusuf, 1998: 61). Ferdinand De Saussure melalui pendekatan strukturalnya mengilhami sebuah madzhab Linguistik yakni strukturalisme. Akan tetapi Ferdinand De Saussure lebih dikenal dengan Pemrakarsa Strukturalisme Eropa.
Selanjutnya, terdapat dua orang sarjana bahasa dari Rusia yaitu Nikolai Trubetzkoy dan Roman Jacobson. Mereka disebut-sebut sebagai pemrakarsa berdirinya madzhab Fonologi Praha pada tahun 1926. Pemikiran dari De Saussure agaknya masih tampak pada gagasan-gagasan aliran Praha ini yang mengatakan bahwa bunyi ujar termasuk dalam tataran parole, sedangkan fonem terdapat pada tataran langue. Perhatian utama Aliran ini tercurah pada sistem bunyi bahasa sehingga perbedaan bunyi serta hubungan bunyi satu dengan lainnya menjadi topik pembicaraan yang berlarut (Yusuf, 1998: 62).
Terdapat juga madzhab dari Amerika Serikat yakni Strukturalisme Amerika. Aliran ini dikenal pula dengan aliran Bloomfield yang diambil dari tokoh utama pemrakarsa aliran ini, Leonard Bloomfield. Aliran ini banyak berpengaruh pada perkembangan linguistik dunia dan masih banyak dipraktekkan sampai sekarang, termasuk ahli bahasa di negara kita. Di Amerika Serikat sendiri, aliran ini hanya bisa bertahan hingga tahun 1957, yakni pada awal kemunculan aliran generatif. Apabila aliran Sturkturalisme Eropa yang lebih condong pada teori, maka aliran Sturkturalisme Amerika lebih condong pada berbagai penyelidikan pada bahasa-bahasa yang belum dijamah (pada waktu itu bahasa Indian). Sehingga pada jamannya aliran ini banyak dipengaruhi oleh ahli-ahli kebudayaan, etnisitas dan penjelajah serta para peminat kajian Amerindian (Indian-Amerika).
Satu tokoh yang cukup menggemparkan dunia linguistik adalah Avram Noam Chomsky. Dia adalah seorang professor linguistik dari Massachusetts Institute of Technology. Dia lahir di tengah-tengah masyarakat Yahudi Amerika. Ayahnya DR. William Zev Chomsky merupakan seorang pakar di bidang tata bahasa Ibrani. Pada usia 12 tahun Chomsky membaca salah satu karya berat ayahnya yakni tata bahasa Ibrani abad 13. Dari sinilah bakat ayahnya di bidang bahasa menurun pada diri Chomsky.
Chomsky juga salah satu penulis di bidang linguistik yang paling produktif. Chomsky menggemparkan dunia dengan teori tata bahasa generatifnya (Transformational-Generative-Grammar). Pemikirannya mengenai bahasa terdapat beberapa hal. Pertama, setiap penutur bahasa yang normal memiliki kemampuan untuk menghasilkan bahasa. Dengan kemampuannya itu, dia dapat membentuk kalimat-kalimat baru dan memahami kalimat-kalimat yang belum pernah didengarnya. Kemampuan ini berbeda dari pelaksanaannya. Kedua, Chomsky menjelaskan bahwa tata bahasa adalah seperangkat kalimat. Setiap kalimat terdiri dari unsur dasar dan mempunyai struktur tertentu. Tiap kalimat dapat diwujudkan berkali-kali, secara teoritis tanpa batas. Ketiga dia menjelaskan bahwa bahasa terdiri dari struktur lahiriah/luar dan struktur batiniah/dalam. Struktur batiniah dan lahiriah tidak selalu tercermin pada struktur lahiriahnya. Terakhir yang sering dijadikan acuan bagi para mahasiswa bahasa beliau menjelaskan bahwa tata kalimat terdiri dari beberapa komponen yaitu (a) Dasar (base) yang mengandung dua komponen yaitu seperangkat kategori seperti S, NP, VP dan seterusnya dan komponen leksikal (b) komponen Transformasi yang mengatur pengubahan suatu struktur menjadi struktur yang lain (c) komponen semantik yang menentukan makna struktur batiniah kalimat. Melalui teorinya tersebut mengilhami sebuah aliran linguistik yang disebut dengan aliran generatif (Zainuddin, 1985: 165-166).
Itulah mereka tokoh-tokoh linguistik yang sebenarnya masih bisa ditemukan (karena keterbatasan referensi dan waktu dari penulis maka penulis hanya memaparkan beberapa). Masing-masing dari mereka mempunyai argumen tentang permasalahan bahasa. Sehingga mereka cukup berperan besar melahirkan beberapa teori tentang bahasa. Dunia linguistik baik itu berupa kajian tentang fonologi, morfologi, semantik dan kajian-kajian lainnya selalu dipenuhi dengan aksi-aksi dari kaum Nasrani dan Yahudi.
Bagaimana dengan umat Islam. Apakah saat ini kaum Muslimin lagi tertidur dari dunia Ilmu pengetahuan khususnya di bidang bahasa. Apa yang terjadi dengan umat Islam. Padahal Islam menjunjung tinggi yang namanya Ilmu pengetahuan sebagaimana yang termaktub di dalam surat Al Mujadilah ayat 11 yang artinya, hai orang-orang yang beriman, apabila dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majelis", maka lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: Berdirilah kamu, maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. Ayat ini membuktikan bahwa ilmu pengetahuan sangat diagungkan oleh Allah. Sehingga orang yang memiliki ilmu pengetahuan memiliki derajat yang mulia di sisi Allah Subhanahu Wa Ta'ala
Ilmu bahasa pun dikatakan bagian dari ilmu pengetahuan. Hal ini berdasarkan sebuah teori yang menyatakan bahwa bahasa mengalami tiga tahapan perkembangan. Yang pertama adalah tahapan spekulasi. Dikatakan tahap spekulasi karena pada tahap ini para ahli bahasa menduga-duga berasala dari bahasa apakah semua bahasa yang ada di dunia ini. Yang kedua adalah tahapan pengamatan pengklasifikasian. Pada tahapan ini para ahli bahasa bekerja untuk mengamati gejala-gejala bahasa, mengumpulkan data faktual secara sistematik dan mengklasifikasikannya sesuai dengan sifat bahasa yang dihadapinya. Para ahli bahasa tersebut mengamati dan mengklasifikan data yang mereka dapat tanpa adanya spekulasi ataupun prasangka. Mereka bekerja seobjektif mungkin dari apa yang mereka dapat. Yang terakhir adalah tahapan perumusan hipotesis. Pada tahapan ini para ahli bahasa mengajukan pertanyaan-pertanyaan mengenai permasalahan masalah-masalah tertentu. Kemudian hipotesis dirumuskan. Hipotesis tersebut dirumuskan. Hipotesis tersebut diuji berdasarkan data yang didapat. Kalau hipotesis tersebut sesuai dengan data yang didapat maka timbullah teori (Zainuddin, 1985: 22-24). Dari sini dapat disimpulkan bahwa bahasa merupakan ilmu pengetahuan.
Salah satu tokoh Islam yang terkemuka DR. Yusuf Qardhawi mengatakan di dalam suatu karya yang berjudul Sunnah dan Bid’ah bahwa umat Islam dimatikan daya kreasi mereka dalam hal dunia dikarenakan mereka terlalu membuat hal-hal baru yang berhubungan dengan syariat. Beliau menambahkan pula “Pada dasarnya, manusia harus mengembangkan kreativitasnya dalam bidang keduniaan, namun karena manusia telah mencurahkan seluruh kreativitasnya dalam urusan-urusan agama maka ia tidak lagi dapat berkreasi dalam urusan-urusan duniawi”. Umat Islam di generasi pertama banyak menghasilkan kreativitas dan mempelopori banyak hal yang belum dilakukan sebelumnya. Sehingga umat Islam membangun peradaban yang tangguh yang bisa menyatukan antara ilmu pengetahuan dengan keimanan, antara agama dengan dunia. Maka tidak heran pada saat itu umat Islam selalu dijadikan rujukan dalam segala hal mengenai ilmu pengetahuan.
Dari sini dapat diambil kesimpulan bahwa apabila umat Islam memegang teguh agama mereka maka umat Islam dapat berkuasa dalam segala hal sebagaimana yang tercantum di dalam surat An Nuur ayat 55 yang artinya: Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang yang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka berada dalam ketakutan menjadi aman sentosa. Mereka tetap menyembah-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apa pun dengan Aku. Dan barang siapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik.
Oleh karena itu cukuplah umat Islam menuangkan kreativitas mereka dalam membuat hal baru di dalam keduniaan (terutama di bidang Linguistik) bukan dengan membuat hal baru di dalam agama. Hal ini dikarenakan sesungguhnya hal yang baru di dalam agama bisa menyesatkan umat Islam sebagaimana yang tercantum di dalam Hadits Shahih serta Masyhur yakni “Sesungguhnya ucapan yang paling benar adalah Kitabullah, dan sebaik-baik jalan hidup ialah jalan hidup Muhammad, sedangkan seburuk-buruk urusan agama ialah yang diada-adakan. Tiap-tiap yang diada-adakan adalah bid'ah, dan tiap bid'ah adalah sesat, dan tiap kesesatan (menjurus) ke neraka” (HR. Muslim).
Melalui tulisan penulis berharap agar umat Islam selalu istiqomah memperjuangkan Islam di segala hal, baik melalui ilmu pengetahuan (khususnya bahasa) ataupun yang lainnya yang tidak menyimpang dari jalan Allah dan Rasulullullah Shallallaahu 'Alaihi Wasallam. Semoga Islam semakin jaya di segala aspek kehidupan dan menjadi satu-satunya jalan bagi umat manusia untuk menempuh kebahagiaan yang hakiki. Amiin.

Referensi:
Al Mujadilah: 11
An Nuur: 55
Anonimous. Biografi Noam Chomsky. Diambil dari: www.wikipedia.org.
HR. Muslim
Qardhawi, Yusuf. Artikel Sunnah dan Bid’ah.
Yusuf, Suhendra. 1987. Fonetik dan Fonologi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
Zainuddin. 1985. Pengetahuan Kebahasaan (Pengantar Linguistik Umum). Surabaya: Usaha Nasional